Cerita Dewasa Sex Private Dengan Bu Tami

itil education

ceritangentot2018.blogspot.com Kategori : Cerita Dewasa Sex Mahasiswa 2016 “Cerita Dewasa Sex Private Dengan Bu Tami“ Cerita Sex Suster 2016, Cerita Dewasa ABG, Cerita Sex Bispak Terbaru, Cerita Sex Skandal 2016, Foto Cewek Bugil 2016, Foto Cewek Hot Terbaru, Cerita Sex Terbaru 2016,

ceritangentot2018.blogspot.com kali ini menceritakan pengalaman Sex Nyata dari seorang Mahasiswa yang bernama Adit. Kisah Sex ini Berawal Dari Seorang Ibu yang meminta les pelajaran private untuk anak perempuanya, ujung-ujungnya malah jadi sex private. Dan yang paling seru dari cerita ini, Adit mendapatkan 2 kenikmatan sex dari ibu dan anaknya. Memang sungguh mujur adit ini, Les private berakhir menjadi sex private. Mau tahu kelanjutan ceritanya, Langsung aja yuk baca dan simak baik baik cerita dewasa ini.

Butuhsex.com | Cerita Dewasa Sex Private Dengan Bu Tami, Cerita Sex Suster 2016, Cerita Dewasa ABG, Cerita Sex Bispak Terbaru, Cerita Sex Skandal 2016, Foto Cewek Bugil 2016, Foto Cewek Hot Terbaru, Cerita Sex Terbaru 2016,
Cerita Dewasa Sex Private Dengan Bu Tami

Aku mempunyai tetangga di didekat kosku bernama Bu Tami, dia menyandang status singg e parent dan mempunyai anak satu. Cerita Sex saya ini bermula ketika Bu tami memintaku untuk memberikan les private anaknya yang bernama Rini. Rini sekarang kelas Tiga SMP, karena ucap Bu tami Rini lemah dalam pelajaran Bahasa Inggris, dan ditambah lagi sebentar lagi mendekati Ujian Nasional, maka Bu tami meminta tolong memberi pelajaran tambahan kepada anak perempuanya. Bu Tami sangat khawatir bila anaknya tidak lulus dalam ujian nasional. Permintaan Bu Tami-pun saya tanggapi dan itung-itung buat uang tambahan, hhe… maklum namanya juga mahasiswa.

Kebetulan sekali mata pelajaran ini sesuai dengan jurusan yang kuambil, So tidak ada kendala bagi saya. Singkat cerita jadwal private yang telah kami sepakati, yaitu jam 07.00-09.00 malam, les private ini dilakukan 3 kali seminggu dirumah Bu Tami. Ini sangat menguntungkan sekali So dengan jalan Bangi saja sudah sampai, irit bensin bro, Cuma modal Bangi aja, lumayan rejeki anak sholeh, hhe. Oh iya Les Private ini sekali pertemuan 60ribu, dengan hasil segitu aku bisa mengkalkulasi penghasilan tambahanku perbulan.

Pada hari itu mulailah aku memberi les private kepada Rini, awalnya semua berjalan lancar, seperti layaknya les private pada umumnya. Pada suatu malam sesuai dengan jadwal, aku datang ke rumah Bu Tami dengan maksud memberi les private pada rini. Sesampainya disana ternyata yang ada hanya Bu Tami saja waktu itu, ucap Bu Tami Rini lagi main dengan temannya karena ada keperluan. Bu Tami berucap, mungkin sebentar lagi dia akan pulang. Sembari menunggu Rini, Bu Tami-pujn menyuguhkan secangkir kopi hangat dan sedikit cemilan kepadaku. Sembari menunggu Rini kami-pun berbincang,

“ Kopinya kog di diamkan sih Dek Adit, ayo silahkan diminum kopinya !!! ” ucap Bu Tami.

“ Oh Iya, hhe… saya minum ya Bu Kopinya ” jawabku sambil mengambil gelas berisi kopi hangat yang ada di depanku.

“ Iya dek silahkan !!! Sekrang udah semester berapa Dek Adit ? ” Bu Tami memulai percakapan.

“ Saya sudah semester akhir ini Bu, Tapi, skripsi saya belum selesai, hhe… ” jawab saya malu-malu sembari meletakkan gelas kopi ke atas meja lagi.

“ Ouh gitu ya dek… sebentar lagi selesai dong, hhe… Nanti kalau sudah lulus, Rini nggak ada yang ngajar les private lagi dong dek Adit ” ucap Bu Tami.

“ Tenang aja sih Bu, skripsi saya juga masih lama, bisa jadi nanti duluan Rini lulusnya daripada saya… ” jawabku.

“ Dek Adit ini bisa aja, betah banget sih kuliahnya… hhe… Kuliah lama-lama emang nggak kepingin Nikah apa ? ” Tanya Bu Tami mengejutkanku.

“ Ah Ibuk ini ada-ada aja, semua laki-laki pasti kepingin nikahlah Bu… lagian kuliah aja belum selesai, masa iya maumikir Nikah sih Bu ? ” Jawabku.

“ Kamu itu gimana sih Dek, ntar nyesel hlo kalau nunda-nunda Nikah… ” ucap Bu Tami menggodaku.

“ Maksudnya nyesel gimna Bu ? ” tanyaku penasaran.

“ Kamu tahu nggk sih Dek, KaRin itu enak hlo…!! ” ucap Bu Tami.

“ Kalau mikir kaRinya aja sih memang enak Bu, tapi tanggung jawabnya-kan besar Bu, belum lagi ntar menafkahinya… hhe… ” Jawabku.

Tiba-tiba Bu Tami bangkit dari tempat duduknya, dengan sekejap lalu dia duduk di sampingku. Aku-pun terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Bu Tami, dan tiba-tiba dia berbisik di telingaku,

“ kalau kamu mau, kamu nggak perlu mikir masalah tanggung jawab, apalagi menafkahinya Dek Adit! ” bisik Bu Tami di telingaku.

Seketika itu juga, tiba-tiba tangannya menyentuh kejantanankuku yang tidur di balik celana jeans yang ku kenakan,

“ Bu! kalau Rini datang gimana? ” tanyaku dengan gugup dengan aksi Bu Tami terhadapku.

Mendengar pertanyaanku itu, Bu Tami mendorong tubuhku hingga terbaring di Sofa, dan menindih tubuhku lalu kembali berbisik.

“ Tenang saja! Semua sudah Ibu rencanakan. Rini tidak akan pulang ke rumah malam ini, karena dia sedang ada kegiatan Camping di sekolahnya. Tadi sore, Rini pesan sama Bu, minta tolong menyampaikan ke kamu bahwa private malam ini ditiadakan dulu… ”

Penjelasan Bu itu cukup mengagetkanku. Dalam perasaan gugup bercampur birahi yang menggoda, tiba-tiba Bu Tami yang duduk di atas tubuhku yang terbaring di sofa ruang tamu itu, Bu melepaskan bajunya sehingga payudara putih besar yang tertampung dalam Bra putih menjadi pemandangan langka di hadapanku. Seterusnya Bu Tami melepaskan rok panjang yang ia kenakan, sehingga sesosok tubuh wanita yang hanya tertutup oleh BH dan CD menjadi pemandangan nyata di depan mata.

Sejujurnya, aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka ini, tapi rasa gugup dan terkejut masih menyelimuti hatiku. Di saat itulah, tiba-tiba Bu Tami berusaha membuka kancing celanaku dan menurunkan reslitingku. Dia tersenyum padaku, lalu berucap,

“ Burungmu pasti sulit bernafas kalau tidak dikeluarkan…. ” ucapnya.

Mendengar ucap-ucap itu, akupun berusaha melempar senyumku dan seketika itu juga ku turunkan celana jeansku dan ku biarkan Bu Tami yang mengeluarkan penis dari celana dalamku.
Batang penisku yang sudah tegang, langsung menyembul keluar setelah Bu Tami menurunkan CDku. Beberapa saat Bu memandangi dan meremas batang penisku, lalu ia menunduk dan memasukkan penisku ke dalam mulutnya. sebuah kenikmatan yang tak tertahan saat lidah Bu Tami membelai kepala penisku. Sepertinya, aku tidak mampu menahan punjak birahi yang sudah berada di ubun-ubun. Akibatnya, pejuhku pun keluar dengan kencang mengisi mulut Bu yang sedang asayaik memainkan lidahnya di kepala penisku.

Melihat cepatnya aku mencapai puncak, Bu Tami bukannya kecewa. Ia malah tersenyum dengan lelehan pejuh di bibirnya. Bu Tami mengeluarkan sisa pejuh yang masih berada di mulutnya dan meludahkannya ke batang penisku. Kemudian ia kembali mengulum penisku yang mulai melemah selama beberapa saat. Dengan bibir yang masih berlumuran pejuh, Bu Tami kembali menjatuhkan tubuhnya di atas tubuhku, lalu mencium bibirku. ku coba untuk membalas reaksinya dengan menyambut lidahnya yang masuk ke mulutku.

Seketika saya-pun merasakan sebuah sensasi yang luar biasa ketika Bu Tami seakan mengajak berbagi pejuh di mulutku. Aku tidak perduli dengan bau pejuh yang kecut harus masuk ke tenggorokanku, yang ku pikirkan hanyalah bagaimana caranya agar penisku bisa kembali bangkit dari kematiannya. saya mencoba meremas-remas payudara besar yang masih terbungkus BH, sebuah hal yang luar biasa yang tidak pernah ku mimpikan sebelumnya. Ternyata menjadi guru private anak tetangga merupakan awal hilangnya keperjakaanku. Bu Tami telah merencanakan ini secara sempurna tanpa ku ketahui sebelumnya.

Mungkin sebagai seorang janda, ia juga merindukan nikmatnya saat melakukan hubungan dengan suaminya yang telah meninggal dunia sekitar setahun yang lalu.Setelah puas berciuman mesra di sofa, Bu Tami bangkit dari tubuhku. Ia kemudian menarik celana Jeans dan CDku sampai terlepas dan memintaku untuk melepaskan baju juga. ku turuti saja keinginannya, hingga aku menjadi sesosok laki-laki bugil dengan penis yang mati tergantung. Bu Tami memegang tanganku dan menarikku menuju sebuah kamar yang bisa dipastikan adalah kamar tidurnya. Setelah berada di dalam kamar, Bu Tami melepaskan BH dan CD putih yang ia kenakan. Kemudian ia berdiri di hadapanku dengan tubuh bugil. Dalam posisi berdiri, kami kembali berciuman. Lalu ia berucap padaku:

“ Dit! jika kamu sudah siap, lakukan saja yang ingin kau lakukan dengan Bu…. Bu akan menunggu… ” demikian perucapannya yang dipenuhi dengan birahi indah.

Kemudian dia berjalan meninggalkanku dan menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur empuk yang ada di kamarnya itu. Ajakan itu tak ingin ku sia-siakan dan hilang begitu saja. Sesosok tubuh wanita yang siap untuk dinikmati, kenapa tidak saya manfaatkan.Tanpa pikir panjang, ku dekati tubuh Bu Tami yang telah terhidang siap saji untuk disantap. Lalu ku mulai aksiku dari menaiki tubuh Bu Tami dan mencium bibirnya. Bibir dan lidah kami saling beradu dalam suasana yang penuh birahi. Sambil terus berciuman, ku remas salah 1 payudara Bu Tami yang lumayan besar dan lembek, dengan salah 1 tangan menopang berat tubuhku agar tidak menindih sempurna tubuh Bu Tami.

Aktivitas itu terus ku lakukan, hingga akhirnya batang penisku kembali terjaga dari tidurnya. Dalam suasana penuh nafsu yang tak tertahan, ku sentuh selangkangan Bu Tami yang ditumbuhi oleh bulu yang lebat. Ku coba untuk merayap dan memasukkan jariku ke belahan di pangkal paha Bu Tami. Tidak terlalu sulit untuk mendapatkannya, hingga dalam beberapa detik, aku telah berhasil menenggelamkan jari tengahku di lobang vagina Bu Tami. Sesaat kemudian, ku mainkan jariku di lobang yang basah itu, sehingga membuat Bu Tami mendesah. Sepertinya dia mulai merasakan kenikmatan bercinta denganku. Sebagai seorang yang tidak pernah melakukan hubungan seks layaknya suami istri, aku tidak begitu mengerti apa yang harus ku lakukan pada tubuh bugil yang saat itu telah siap untuk ku nikmati.

Yang ada dalam pikiranku hanyalah menikmati, dan bukan memberi kenikmatan.
Tanpa terlalu lama bermain dengan benda yang juga baru pertama kali ku sentuh, aku mulai berpikir untuk memasukkan penisku yang sudah cukup keras ke dalam lobang vagina Bu Tami yang kenyal dan dikelilingi oleh bulu yang lebat. Aku merubah posisi ku, lalu mengarahkan kepala penisku ke belahan di sela paha Bu dengan tanganku. Mungkin karena statusnya yang janda beranak 1, alias sudah bukan perawan, batang penisku tidak terlalu sulit untuk menerobos masuk ke vagina Bu Tami.

Rasa yang ku dapatkan saat menggenjot lobang vagina Bu Tami yang lembat sungguh tidak bisa
ku lukiskan dengan ucap-ucap. Batang penisku yang terjepit oleh dinding vagina yang kenyal benar-benar memaksaku untuk menuju puncak birahi. Tidak seberapa lama aku melakukan hal tersebut, dapat ku rasakan bahwa desiran darahku seakan berkumpul di pangkal penisku. Saat itulah, aku semakin meningkatkan tempo permainanku, hingga akhirnya aku tidak tahan lagi.

Ku hentakkan pantatku sekeras mungkin, sehingga penisku tenggelam sempurna di dalam lobang vagina Bu Tami dan ku rasakan pejuhku keluar dan mengisi lobang vagina Bu Tami.
Aku sama sekali tidak berpikir akan akibat yang mungkin terjadi dengan tertanamnya pejuh di rahim Bu Tami, kecuali setelah batang penisku kembali melemah dan ku jatuhkan tubuhku di samping tubuh Bu Tami yang basah bermandikan keringat. Bu Tami tersenyum padaku, lalu berucap,

“ Nggak perlu belajar lama, ya? ” ucap Bu sambil bangkit dari posisinya.

Entah apa yang akan dia lakukan, ia berdiri di atas tempat tidur lalu ia duduk di atas dadaku sambil mengarahkan vaginanya yang masih basah tersebut ke daerah wajahku.

“ Mainkan lidahmu, Dit! ” Ucap Bu Tami kemudian.

Tanpa pikir panjang dan banyak tanya, ku turuti saja keinginannya, ku jilati belahan vagina Bu Tami yang duduk di atas wajahku. Dengan bantuan jariku, ku buka belahan vagina Bu yang kenyal itu lalu ku masukkan lidahku sedalam-dalamnya ke lobang vagina Bu Tami. Tiba-tiba ku rasakan cairan putih kental yang tidak lain adalah pejuhku keluar dari lobang vagina Bu Tami dan masuk ke mulutku. Meskipun agak jijik, tapi aku tidak berani memuntahkannya dari mulutku. Aku hanya menahannya di mulutku sambil terus memainkan lidahku di lobang vagina yang terbuka lebar itu.

Beberapa saat setelah aktivitas menjilat itu ku lakukan untuk Bu Tami, ku coba untuk kembali menjatuhkan tubuh Bu Tami ke tempat tidur. Saat itulah, kembali ku cium bibir Bu Tami sambil mengeluarkan pejuh yang ada di mulutku dan memasukkannya ke mulut Bu Tami. Bu Tami bukannya menolak, ia malah menerima dan bahkan menelat pejuh yang ku keluarkan di mulutnya.

Malam itu, aku tidak pulang ke kosku. Aku tidak bisa meninggalkan indahnya bercinta dengan Bu Tami, Ibu dari siswa privateku, karena ia adalah wanita yang telah merampas keperjakaanku, sekaligus orang yang pertama memberiku kenikmatan bercinta. Malam itu, aku tidak dapat tertidur. Meskipun aku tahu Bu begitu lelah dan mengantuk, tetapi aku terus mengulangi hubungan seks dengan Bu. Beberapa kali ku paksakan untuk memasukkan penisku ke vagina Bu Tami saat ia tertidur, tetapi gesekan batang penisku di dinding vaginanya selalu membuatnya terbangun dan kembali memberikan respon untuk aksi ajakanku.

Seingatku, malam itu aku melakukan hubungan seks dengan Bu Tami lebih dari 10 kali. Karena setiap kali penisku bangun, aku langsung memasukkan ke lobang vagina Bu. Dari pelajaran malam itu, yang ada di pikiranku hanyalah keinginan untuk terus bisa merasakan vagina, hingga akhirnya aku berhasil merenggut keperawanan Rini, putri Bu Tami sendiri. Karena seringnya bercinta dengan Bu Tami, Ibu dari siswa privateku, Rini, hubungan gelap tanpa komitmen yang selama ini terjalin antara kami, tercium oleh Rini. Hal ini terjadi ketika suatu malam, setelah aku memberikan private di rumah Rini, hujan turun dengan lebatnya.

Bu Tami menyarankan, agar aku tidak usah pulang dulu sebelum hujan reda. Tetapi ternyata hujan tidak berhenti hingga lewat jam 11 malam. Bu Tami menyarankan untuk bermalam saja.
Meskipun dengan sedikit basa-basi penolakan, tetapi tawaran itu ku terima dengan senang hati, dan memang itu harapanku, berharap dinginnya malam dengan suasana hujan lebat, akan menambah indah nuansa pencapaian puncak birahi dalam bercinta dengan janda beranak 1 itu.
Malam itu, aku hanya tidur di sofa ruang tamu, karena memang hanya ada 2 kamar di rumah Bu Tami.

Mungkin hanya sekedar mengelabui Rini yang belum tahu hubungan gelap yang ku jalin dengan Ibunya. Di sofa itu, aku terus memainkan jariku di HPku yang hanya bergetar jika ada SMS atau panggilan masuk, karena memang aku sedang SMSan dengan Bu Tami yang ada di kamarnya. Saling merayu di udara dengan bahasa yang mengoda birahi. Setelah memastikan Rini tertidur di kamarnya, sekitar pukul 12.30 malam, Bu Tami mengirinkan SMS yang berbunyi,

“ Dit! Ke Kamar Ibu dong, Ibu udah pngin sekali nih !!! ”

Menerima SMS itu, dengan penuh semangat, aku keluar dari selimutku dan bangkit dari sofa lalu melangkah perlahan ke kamar Bu Tami. Suasana hujan yang masih sangat lebat memberikan keleluasaan bagiku, karena suara langkahku tidak akan memecah heningnya malam.
Saat aku membuka pintu kamar Bu Tami, tiba-tiba Rini keluar dari kamarnya. Hal tersebut tentu saja sangat mengejutkanku. Apalagi melihat ekspresi keterkejutan Rini melihat gelagatku.

“ Bang adit, itukan kamar Mamah, Abang mau ngapain kesitu ? ” tanya rini pada saya,

Begitulah ucap yang terucap dari gadis muda berusia 15 tahun, putri tunggal Bu Rini. Aku yang terkejut karena nyaris tertangkap basah dengan dorongan birahiku, langsung berusaha mencari alasan yang tepat untuk jawaban untuk pertanyaannya tersebut.

“ Eeee…. ” jawabku seraya tanganku melepas gagang pintu kamar Bu Tami yang kebetulan telah terlanjur terbuka, sambil terus berpikir keras untuk mencari alasan.

“ Begini Rin! tadi Abang kira ini kamar kamu… Ucap Mamah kamu, Abang disuruh membangunkan kamu. Kamu disuruh Mamah kamu tidur dengan Mamah, Abang di suruh tidur di kamar kamu… Gitu, Rin! ” Jawabku dengan bahasa yang agar berbelit-belit.

Rini-pun mengerutkan keningnya beberapa saat, lalu kemudian melempar senyumnya.

“ Oo Iya, Bang! Kamar Rini di sini, Abang tidur aja di sini !!! biar Rini tidur di kamar Mamah ” begitu jawab Rini sambil masuk kembali ke kamarnya dengan maksud mungkin mengambil keperluan tidurnya.

Ku tutup kembali pintu kamar Bu Tami dengan segudang kekecewaan, karena hasrat yang memuncak tidak bisa terlampiaskan di malam yang begitu mendukung ini. Dengan langkah lemas, ku beranjak ke kamar Rini, dan ku lihat Rini telah siap meninggalkan kamarnya menuju kamar Mamahnya.

“ Silahkan, Ka! ” sapa Rini mempersilahkan aku untuk tidur di kamarnya.

“ Makasih, ya Rin! ” sapaku saat dia ke luar dari kamarnya.

Rini hanya melempar senyum saat berlalu dari hadapanku. Ku lihat dengan selimut di tangannya, dia membuka kamar Mamahnya, kemudian masuk dan menutup pintu kamar Mamahnya tersebut. Dengan tertutupnya pintu kamar Bu Tami, maka pupuslah harapan untuk bisa kembali bercinta dengan Bu Tami. Malam terus berlalu, tetapi aku tetap tidak bisa tertidur karena gagalnya mencuri kesempatan indah untuk bercinta. jam 1 malam, hujan telah berhenti, tiba-tiba HPku bergetar, dan ku lihat ada SMS masuk. Saya buka dan kubaca, ternyata Bu Tami yang mengirimnya.

“ Dit! kmu psti belum tdur kn? ” itulah bunyi SMSnya.

Dengan masuknya SMS itu, aku merasa ada secercah harapan baru untuk kembali bisa melepas hasrat yang tertunda. langsung ku balas SMS Bu Tami,

“ Belum, Bu? gimana nih? saya udah gak tahan mo nancepin lgi. ” jawabku via SMS.

Tidak lama, masuk lagi balasan dari Bu Tami,

“ iya, Bu jg nih ” begitu jawab Bu Tami singkat.

Dengan gesit ku mainkan jariku merangkai SMS balasan, dengan maksud menyusun strategi untuk bisa memadu hasrat tanpa diketahui Rini, anak perempuannya.

“ Rini dah bobo ya Bu? ” bgitu isi SMSku. “ Iya! ” jawab Bu Tami dengan singkat.

“ Bu, Tititku dah bngun nih, Bu! sudah ga thn mo ngntot memek Bu! ” begitu rayuanku dalam SMS berusaha mengajak Bu Tami untuk kembali melakukan hubungan seks denganku.

“ Dit! kmu tljg dlu, ya! nnti Bu ksana ” bgitulah balasan Bu.

Dengan girang ku balas SMS Bu Tami dengan dua ucap “ OK! ” Dengan semangat menggebu, ku lepaskan sluruh pakaianku dan ku baringkan tubuhku di atas tempat tidur di kamar Rini, putri semata wayangnya. Dengan rasa tidak sabar, kembali ku berniat untuk mengirim SMS ke Bu Tami, tetapi tiba-tiba ku dengar pintu kamar di buka dengan hati-hati, dan ku dengan suara pintu itu kembali di tutup dengan hati-hati. Dalam senyapnya malam yang di hiasi suara titik-titik air sisa hujan lebat, tak ku dengar adanya langkah yang datang menuju kamar dimana aku terbaring menunggu saat-saat indah menikmati vagina Bu Tami yang lembek dan basah.

Tiba-tiba gagang pintu kamar mulai bergerak dan pintupun mulai terbuka perlahan. Tetapi aku sangat terkejut, karena yang datang bukan Bu Tami, melainkan Rini, putrinya yang baru kelas 3 SMP. Rini meletakkan jari telunjuknya di bibir sebagai isayaarat agar aku tidak bicara. Aku yang sudah terlanjur telanjang, tidak mampu berbuat apa-apa kecuali menutupi batang penisku yang sudah keras dengan guling yang ada di sampingku.

Setelah kembali menutup pintu kamar dengan hati-hati, Rini melangkah ke arahku, dan duduk di sampingku lalu menarik guling yang menutup kejantanankuku. Ia kemudian menggenggam batang penisku dengan kencang, sehingga hampir membuatku berteriak. Rini mendekatkan wajahnya ke hadapanku dan dengan nada berbisik, Rini berucap,

“ Jadi selama ini, Abang dibayar bukan hanya untuk ngasih private aku ya? ”“ Maaf, Rin! Abang… bukan begitu! kamu tidak mengerti… ”

“ Abang nggak usah bohong! Rini sudah baca semua SMS Abang di HP Mamah… ”

“ Apa? jadi yang ….. ”

Belum selesai aku menjawab,

“ Iya! yang balas SMS Abang itu Rini ! ”

“ Maafkan Abang, Rin! Abang nggak ada maksud begitu… ”

“ Udah deh! Abang nggak usah bohong… Kenapa Abang melakukan ini dengan

Mamahku!? ”

“ Rin! bukan kemauan Abang, Rin! Abang juga nggak tahu kenapa ini sampai terjadi…!! ”

“ Bang! Mulai hari ini, Rini nggak mau private lagi sama Abang… Rini kecewa sama Abang! ”
Mendengar kekecewaan Rini itu, ku peluk tubuh Rini dan ku ciumi bibirnya, tetapi Rini tidak bereaksi melawan, apalagi berteriak. Ku jatuhkan tubuhnya ke tempat tidur sambil terus ku ciumi bibirnya. Ku tahan gerakan kedua tangannya dengan kedua tanganku, dan ku tindih tubuhnya agar dia tidak lagi mampu bergerak. Merasakan Rini yang tidak bereaksi melawan terhadap aksiku, dan cenderung pasrah, aku menghentikan ciumanku dan ku tatap wajah Rini. Tetapi yang terlihat dari wajahnya bukan kekecewaan. Rini justru melemparkan senyumannya kepadaku,

“ Ada apa ini? ” pikirku dalam hati.

“ Perawani Rini, Bang! tapi jangan hamili Rini! ” itulah kalimat yang terucap dibalik senyumnya.

Aku pun senang mendengar kalimat itu. Tanpa pikir panjang, ku lepaskan seluruh pakaian yang menutup tubuhnya, mulai dari babydol yang dikenakannya, hingga BH dan CDnya. Tampak dihadapanku sesosok tubuh kecil yang lumayan langsung dengan buah dada kecil yang montok. Selangkangan Rini yang cembung dengan rambut ikal tipis yang tumbuh dipermukaannya, merupakan sebuah pemadangan baru yang sangat indah bagiku.

Aku tidak mau melewatkan kesempatan untuk merasakan bagaimana nikmatnya vagina seorang perawan berusia 15 tahun. Tanpa menunggu lebih lama, langsung ku angkat kedua Banginya, sehingga selangkangannya terbuka lebar. Terlihat jelas belahan vagina Rini yang hanya seperti lipatan kulit berbentuk garis lurus. Tidak terlihat disana ada lobang untuk masuknya penisku yang sudah siap tempur. Tanpa pikir panjang, langsung ku arahkan kepala penisku ke belahan yang masih sangat rapat itu. Dengan kedua tangannya, Rini memegang Banginya yang terbuka lebar ke atas.

Dengan bantuannya itu, aku bisa menggunakan jariku untuk membuka belahan vagina Rini. Bisa ku lihat di dalamnya daging yang agak basah berwarna merah muda, dan langsung ku tancapkan kepala penisku di sela belahan yang terbuka itu. Dengan sedikit memaksa, kepala penisku berhasil menerobos lobang vaginanya yang terasa sangat sempit. Aku terus menekan agar penisku bisa masuk sempurna ke dalam vagina Rini, namun usaha itu harus ku lakukan dengan perlahan. Aku harus tarik ulur agar cairan vaginanya membasahi seluruh batang penisku. Tanpa cara itu, Penisku tidak bisa dipaksa masuk.

Sedikit demi sedikit, batang penisku semakin dalam masuk ke lobang vagina Rini yang sangat sempit, sampai akhirnya setengah batang penisku telah berhasil masuk. Dalam posisi penis yang setengah menancap di selangkangannya, ku jatuhkan tubuhku di dadanya. Ku raih bibirnya dan mencoba menciuminya, ku remas payudara montok yang masih ranum itu, sesekali ku jilati pipi, kuping, leher dan terkadang turun ke payudaranya. Rini terpejam dan sesekali berdesis, sepertinya ia menikmati sentuhan yang lidahku di leher dan payudaranya. Bahkan mungkin ia melupakan bahwa penisku baru setengah masuk ke lobang vaginanya.

Melihat keadaan itu, ku tumpukan tubuhku di atas siku yang berada di kedua sisi tubuhnya dan ku pegang erat bahunya. Dengan terus menjilati payudaranya dan sesekali mengecup puting susunya, kembali ku genjot lobang vaginanya yang sangat rapat dan kesat. Terus ku coba dan ku coba, meski kedua bahunya telah ku pegang erat, tetapi tetap saja genjotan yang ku lakukan untuk menerobos lobang vaginanya hanya bisa masuk dengan perlahan. Akhirnya ku putuskan untuk fokus pada usaha untuk memasukkan penis ke lobang vaginanya. Aku turun dari tempat tidur, dan menarik tubuh Rini ke sisi tempat tidur itu. Dengan posisi berdiri di sisi tempat tidur, kembali ku arahkan penisku yang sedikit ku basahi dengan air liurku ke lobang vaginanya. Penisku kembali hanya bisa masuk setengah ke dalam lobang vagina Rini, namun dengan posisi berdiri, aku bisa menahan kedua pahanya agar tubuhnya tidak bergerak mengikuti tiap genjotanku. Usahaku akhirnya tidak sia-sia, karena dengan posisi itu, aku bisa lebih cepat menerobos lobang vagina Rini dengan sempurna.

Dalam posisi tenggelam sempurna, aku mjatuhkan tubuhku ke dada Rini dan berguling agar posisi Rini di atas. Ku peluk tubuh Rini dan ku coba menarik keluar penisku dari lobang sempit yang basah itu, lalu mendorongnya masuk kembali. Beberapa kali ku lakukan itu, aku mebali berguling, sehingga posisiku mebali di atas. Saat itulah permainan sesungguhnya di mulai. Vagina Rini sepertinya telah mampu beradaptasi dengan benda tumpul yang menerobos lobang vaginanya. Rapatnya lobang vagina Rini memberikan kenikmatan yang luar biasa yang tidak pernah ku rasakan saat bercinta dengan Bu Tami. dinding vagina Rini seakan mencengkram erat batang penisku, persis seperti saat pertama Rini mencengkar penisku dengan tangannya. Selesai.

Bagaimana para Pembaca Serukan para maniak seks, jangan lupa ya!!! Selalu ikuti cerita-cerita dewasa di ceritangentot2018.blogspot.com

Cerita Sex Model 2016, Cerita Sex Sedarah 2016, Cerita Sex Jilbab Terbaru, Cerita sex tante girang 2016, Cerita Dewasa Sex Threesome Terbaru, Cerita Dewasa Sex Perawan 2016, Cerita Dewasa Sex Pegawai Salon 2016, Cerita Dewasa Sex Sekretaris Terupdate 2016, Sekretaris, Cerita Sex Mahasiswa terbaru 2016, Cerita Sex Mahasiswi terbaru 2016, Cerita Sex Perselingkuhan 2016, Cerita Sex SMA 2016, Cerita Mesum, Cerita Ngentot, Cerita Skandal Sex, Abg, Gangbang, Spg, Pramugari, Janda, Wanita kesepian, Tante kesepian, foto bugil, foto hot, Anak SMP, Anak Kuliah, Cerita sex terbaru terbaru 2016, cerita hot terbaru 2016 dan banyak lagi Cerita Sex Terbaru 2016 lainya.


Video Bokep Online Terbaru